Kamis, 13 April 2017

Supervisory Management


Management adalah pemimpin yang lebih disibukkan dengan perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian aktifitas rutin, yang tentu saja dapat dilakukan dengan cara yang menginspirasi (McKenna, 2012). Manajemen mencari sinergi positif yang akan memungkinkan organisasi untuk meningkatkan kinerja para karyawannya (Locke, 2009)
Management terdiri dari 3 M yaitu Man, Material, Money. Management juga bertugas mengoptimalkan semua yang ada untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi , mengurangi efesiensi kerugian dan meningkatkan efektivitas pekerja.
Sedangkan Supervisor merupakan fokus komitmen terpenting bagi karyawan (Chen, Tsui, & Farh 2002). Bertindak sebagai agen organisasi, supervisor sering berinteraksi dengan karyawan sehari-hari, terlibat dalam prosedur aktivitas terorganisasi secara formal maupun informal, dan yang paling penting bertindak sebagai pengatur imbalan bagi bawahannya (Farh, Podsakof, & Organ dalam Chen et al., 2002).
Jadi, perbedaan antara management adalah yang menyusun rencana dalam organisasi sedangkan supervisor adalah yang mengawasi agar apa yang telah direncanakan berjalan dengan baik.
berikut tingkatan management


Kasus

Liputan6.com, New York: Setelah Eastman Kodak Corporation dinyatakan pailit, muncul beragam penelitian tentang penyebab kebangkrutan perusahaan pelopor film fotografi tersebut.  Menurut sejumlah pengamat, seperti dikutip laman timesofindia.com, Senin (23/1), perusahaan pelopor fotografi tersebut tak sanggup melawan arus digital yang semakin berkembang setiap tahun. Tidak seperti IBM dan Xerox Corp, yang sukses menciptakan arus pendapatan baru saat bisnis mereka menurun. 

Mereka menilai kesalahan Kodak membuang proyek-proyek baru terlalu cepat yang menyebarkan investasi digital terlalu luas, dan puas pada penilaian Rochester, New York, yang membutakan perusahaan untuk berinovasi pada teknologi lain. "Kodak sangat puas dengan penilaiain Rochester dan tak pernah mengembangkan kehadiran teknologi baru di pusat-pusat dunia," ujar Rosabeth Kanter, Profesor Administrasi Bisnis Arbuckle di Harvard Business School. "Ini seperti mereka tinggal di museum," sindirnya.  Sejak 1888, George Eastman menciptakan sebuah mesin yang menangkap gambar pada pelat kaca besar. Tak puas dengan terobosan itu, dia melanjutkan untuk mengembangkan film roll dan kemudian kamera Brownie. Selanjutnya pada 1960, Kodak mulai mempelajari potensi komputer dan membuat terobosan besar di tahun 1975, saat salah satu insinyur, Steve Sasson, menemukan kamera digital.  Namun, Kodak tak segera mencium potensi pasar tersebut dan tak fokus pada high-end kamera bagi pasar niche. Para eksekutif juga takut mengorbankan penjualan film initi mereka. 

"Ketika (George Eastman) meninggal, ia menyisakan pengaruh pada perusahaan, yang salah satunya Kodak akan terus terikat dalam nostalgia," kata Nancy Westt, seorang profesor yang menulis sejarah Kodak dari University of Missouri. "Nostalgia memang indah, tapi itu tidak memungkinkan orang untuk bergerak maju." tandasnya. 

Selain itu, penyebab kebangkrutan Kodak karena perusahaan tersebut melewatkan peluang bisnis. Di Consumer Electronics Show di Las Vegas tahunan pekan lalu, Perez dan Kodak memperkenalkan dua kamera baru yang diyakini bisa terhubung secara nirkabel dengan printer dan posting foto ke Facebook. Namun beberapa pengulas gadget mengatakan kamera baru tidak bisa terhubung ke web tanpa membonceng pada smartphone atau koneksi Wi-Fi.

"Orang tidak hanya tertarik dengan fitur baru, kecuali sesuatu yang revolusioner, dan ini adalah fitur tambahan,"ujar Suzanne Kantra, Editor Blog Teknologi Techlicious dan matan Editor Teknologi Popular Science.
Analis mengatakan Kodak bisa menjadi sebuah kelompok media sosial jika telah berhasil meyakinkan konsumen untuk menggunakan layanan online untuk menyimpan, berbagi, dan mengedit foto-foto mereka. Sebaliknya, Kodak berfokus terlalu banyak pada perangkat dan kalah dalam pertempuran online untuk jaringan sosial seperti Facebook.(MEL) 

Analisa berdasarka kasus tersebut
Berdasarkan hasil analisa dari beberapa pakar diatas tentang kebangkrutan Kodak diawali karena dunia teknologi sekarang ini tumbuh dengan pesatnya dan Kodak tidak siap bersaing dengan kemajuan teknologi tersebut. Kodak bangkrut disini tidak lepas dari peran para manajemen yaitu para manajemen kurang memperhitungkan dan mempertimbangkan masalah kedepannya salah satunya tidak siapnya dengan kemajuan teknologi saat ini.
Salah satu cara Kodak mengatasi kebangkrutan yaitu dengan cara manajemen Kodak pada Januari 2012 lalu mengajukan perlindungan pailit ke Pengadilan di Kota New York. Di AS, perusahaan yang jatuh bangkrut berhak mengajukan perlindungan pailit ke pengadilan, sesuai peraturan yang dikenal sebagai Chapter 11, agar tidak sampai dilikuidasi. Sampai akhirnya Perusahaan fotografi legendaris Amerika, Eastman Kodak, diizinkan pengadilan keluar dari kebangkrutan. Namun, sebagai konsekuensinya, Kodak kini tidak lagi perusahaan sebesar dulu dan harus mempersempit fokus bisnisnya.   (vivanews)
Management Kodak disini tentunya harus memutuskan keputusan yang sangat tegas untuk keberlangsungan perusahaan Kodak ini salah satunya dengan cara merubah dan mempersempit fokus bisnis perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan lagi, tentunya hal ini sudah dipertimbangkan dengan masak-masak oleh suluruh petinggi manajemen perusahaan demi kebaikan Kodak agar tetap bertahan dimasa yang akan datang. Dengan diubahnya fokus bisnis perusahaan juga harus didukung dengan perencanaan, koordinasi, pengawasan, dan pengendalian aktifitas rutin dari manajemen sebaik mungkin dan supervisor juga harus mengawasi agar hal ini berjalan dengan sebaik mungkin.

Sumber

Locke, E. A. (2009). Handbook of Principles of Organizational Behavior :indispensable knowledge for evidence-based management.  United Kingdom: John Wiley and Sons.
McKenna, Eugene. 2012. Business Psychology and Organizational Behavior, 5th ed. New York: Psychology Press
Runing, H. R. (2011). Jarak kekuasaan sebagai pemoderasi pengaruh keadilan organisasional terhadap komitmen karyawan pada supervisor. (studi pada sebuah perusahaan batik di surakarta). Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. 4 (03). Diunduh dari http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JMTT/article/view/2423\
Kawilarang, R. R. A. (2013, Agustus 21). Kodak keluar dari jurang kebangkrutan. Viva.co.id. Diunduh dari http://dunia.news.viva.co.id/news/read/438125-kodak-keluar-dari-jurang-kebangkrutan
(Penyebab Kodak Bangkrut, Januari 23, 2012). Penyebab Kodak Bangkrut. (2012, Januari 23). liputan6.com. Diunduh dari http://tekno.liputan6.com/read/373621/penyebab-kodak-bangkrut?source=search